Senin, 13 Juni 2016

Kehidupan "Seorang" Gandrung

Kesenian Gandrung banyuwangi bisa dibilang seperti 'Ibu' dikesenian banyuwangi, kesenian-keseniaan banyuwangi seperti Baron, Gedogan, dll sangat dipengaruhi Gandrung. Angklung banyuwangi dengan gamelan juga dipengaruhi gending-gending angklung.

Lahir seorang anak bernama Mesti. Mesti lahir tanpa seorang ayah. Ayahnya kerja di daerah kawah Ijen. Diberi nama Mesti oleh sang Ibu karena ia lahir pada saat malam hari. Pada umur 6 bulan, Mesti sakit sakitan. Lalu budenya datang dan tidak tega melihatnya. Lalu ia dipungut oleh bude nya dan Mesti dijadikan seorang anak. Budenya berjanji pada saat nanti Mesti sembuh, ia akan dijadikan penari Gandrung. Setelah sembuh ia belajar tari Gandrong yang pada saat itu berumur 15 tahun dan nama Mesti berubah menjadi Gandrong Tamu Mudaiyah.

Sebulan kemudian, ia sudah disuruh melayanin tamu dengan ajaran rendah hati, ramah tamah, tidak boleh pilih kasih. Ia selalu menjadi Gandrung Tamu sejak itu. Saking padatnya jadwal, sampai-sampai jika  Mesti tidak bisa datang ke suatu acara, acara tersebut dibatlkan sampai Mesti bisa datang ke acara tersebut.

Menjadi Gandrung Tamu orang orang yang dihibur atau dilayani kadang menuju ke arah yang negatif. Kadang kala bahkan sering Mesti ''mendapat'' ciuman atau rabaan yang dilakukan oleh orang yang dilayani.

Pada umur 18 tahun, Mesti menikah. Karena sama-sama masih muda, dan orang tua suaminya tidak setuju dengan Mesti menjadi penari Gandrung. Lalu ia pun cerai dengan suaminya. Setelah apa yang dialami, ia kembali menjadi penari lagi. Lalu ia menikah lagi dengan lelaki yang berbeda. Tetapi suaminya yang kedua ini sering "main'' dengan perempuan lain. Dan untuk kedua kalinya ia bercerai. Mesti ingin sekali punya anak dan mempunya cita-cita, jika ia punya anak ingin disekolahkan yang tinggi. Ia tidak mau menjadikan anaknya nanti menjadi Gandrung.

Menjadi "seorang" Gandrun mempunyai sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya, membuat diri wanita mempunya nilai tersendiri. Tetapi ada sisi negatifnya, yaitu sering meningggalkan rumah karena padatnya jadwal seperti halnya yang terjadi dikehidupan Mesti. Jika lagi sudah menikah, akan membuat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam rumah tangga tersebut.

~Terima Kasih~

Unsur : Manusia dan Harapan
            Manusia dan Kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar