Minggu, 08 Januari 2017

ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya.
Konsep bangunan ramah lingkungan, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan suasana baru pada bangunan. Lebih murah dan tetap kuat.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
  • Tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
  • Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
  • Dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan)
  • Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi bbm untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan)
  • Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

GEDUNG PT DAHANA

Hasil gambar untuk pt dahana

Tanggal 20 Januari 2012, berlokasi di Subang Jawa Barat, GBC Indonesia menganugerahkan sertifikat resmi Green Building untuk yang pertama kalinya bagi sebuah bangunan baru. Gedung tersebut adalah gedung Energetic Material Centre, kantor manajemen pusat (Kampus) PT. Dahana (Persero).
PT. Dahana sendiri adalah perusahaan BUMN yang bergerak di Industri bahan peledak untuk keperluan pertambangan. Sesuai dengan komitmen perusahaan yang menuju ke industri peledak yang semakin aman dan semakin menuju ke arah yang lebih ramah lingkungan, PT. Dahana berinisiatif untuk membangun sebuah bangunan dengan konsep Green Building.

Komponen eko arsitektur yang diterapkan di Dahana antara lain:
  1. Konsumsi energi yang sangat rendah, yaitu 131 kWh/m2 per tahun.
  2. Sumber air menggunakan air sungai dengan pengolahan mandiri, air hujan, dan air kondensasi AC.
  3. Pada siang hari tidak menggunakan lampu, dengan fitur lux sensor dan ditambah sensor gerak untuk mendeteksi keberadaan manusia.
  4. Penggunaan dual flush yang menggunakan air daur ulang.
  5. Penggunaan keran air sistem tekan yang dapat menutup sendiri.
  6. Penyiraman tanaman dengan air daur ulang, dengan penyiraman sprinkler yang memiliki sensor kelembaban tanah agar pada saat hujan tidak perlu disiram.
  7. Fasiltas pedestrian yang teduh dari tanaman rambat hingga ke jalan utama
  8. Zero run off, dengan mengalirkan air hujan ke kolam ikan di sekeliling bangunan, sisanya mengalir ke lansekap.
  9. Sumber tanaman adalah tanaman hasil budidaya di sekitar proyek
  10. 60% dari luas area bangunan adalah area hijau (termasuk Green roof).
  11. Menggunakan AC dengan refrigeran HFC yang ramah ozon
  12. Penggunaan material ramah lingkungan, termasuk kayu yang bersertifikat legal, menggunakan prefab material.
  13. Dilarang merokok di seluruh area gedung, termasuk pengawasan lebih dari satpam gedung. 
  14. Ventilasi yang cukup, dengan sistem deteksi kadar CO2.
  15. Perencanaan manajemen perawatan untuk menjaga kualitas Green Building agar tetap berkelanjutan.
  16. Pemisahan sampah organik dan non-organik, diteruskan dengan pengomposan mandiri, kerjasama dengan pengepul setempat untuk sampah non-organik yang dapat didaur ulang, dan kerjasama dengan perusahaan pengolahan limbah B3.
  17. Kenyamanan adalah yang utama, dengan dilakukannya survey berkala kepada penghuni terkait kenyamanan gedung, serta sistem tindak lanjutnya.
  18. Adanya fasilitas parkir sepeda yang digunakan untuk transportasi pekerja dari rumah (mess) ke gedung, atau ke laboratorium lain.
  19. Gedung dibangun tahan gempa, sistem penanganan kebakaran yang ketat, dan memfasilitasi akses untuk penyandang cacat.
  20. 80% material bangunan berasal dari dalam negeri, ditambah dengan adanya sertifikat ISO 14001 pada pabrik material bangunan tersebut dari 32% seluruh material bangunan.



Sumber : 


Sabtu, 07 Januari 2017

KOTA RAMAH LINGKUNGAN

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu adanya saling keterkaitan beberapa sektor, antara lain lingkungan dan masyarakat serta kemanfaatan dan pembangunan. Pembangunan akan selalu berkaitan dan saling berinteraksi dengan lingkungan hidup. Interaksi tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Pengetahuan dan informasi tentang berbagai interaksi tersebut sangat diperlukan dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain :
  • Menjamin pemerataan dan keadilan.
  • Menghargai keanekaragaman hayati.
  • Menggunakan pendekatan integratif.
  • Menggunakan pandangan jangka panjang.

Pola pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan ialah konsep yang harus ditempuh melalui proses jangka panjang. Sebab kota merupakan arena kegiatan manusia yang serba kompleks melibatkan berbagai aspek ativitas. Baik aspek manusianya, sumber daya alam dan buatan manusia. Oleh karenanya, pembangunan perkotaan dampak lingkungan yang ditimbulkan merusak ekosistem perkotaan.

Seperti disebutkan dalam UULH pasal 1 angka 13 (Jayadinata 1992 lampiran 6) menyebutkan “Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup”. Kalau uraian tersebut dianalisis lebih jauh tentang konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, ada beberapa cerita yang perlu diberi penekanan yang lebih mendalam, yaitu:
  • Konsep Usaha Sadar
  • Bijaksana dan Berencana
  • Pembangunan yang Berkesinambungan
  • Meningkatkan Mutu Hidup


Metode dan teknik perencanaan lingkungan

Metode yang dugunakan dalam perencanaan lingkungan pada dasarnya tidak berbeda dengan metode yang digunakan pada perencanaan yang lain. Pokok-pokok yang menjadi fokus analisis dalam perencanaan akan muncul pada seluruh tahapan proyek dan bervariasi menurut tingkatan kerumitannya.
Pada tahap awal suatu proyek titik perhatiannya adalah pengumpulan dan pengelompokan data. Di balik inventarisasi data adalah mempelajari semua hal tentang karakter lokasi proyek dan lingkungannya. Pendekatan ini pada umumnya mencakup pemeriksaan lapangan. Setelah itu, disertai usaha untuk mendapatkan ukuran lapangan. Data tersebut diperoleh dari data sekunder, seperti peta topografi, peta tanah, keadaan cuaca.
Pada tahap awal, biasanya berkaitan dengan persoalan rekayasa, keamanan dan kesehatan yang diketahui atau diharapkan. Selanjutnya proses tersebut akan menjadi lebih analitis, karena pokok persoalan yang muncul berkaitan dengan pengujian prosedur perencanaan dan desain. Pendekatan yang digunakan memang bervariasi.

Penarikan kesimpulan dari prosedur pengumpulan data, pengukuran deskriptif dan pengukuran analisis dihadapkan pada tugas untuk mengintegrasikan berbagai macam kesimpulan menurut cara bermanfaat bagi proses pengambilan keputusan.

SURABAYA

Surabaya terus mempercantik diri. Upaya serius ini terlihat dari penataan sistem transportasi guna mempersiapkan kota terbesar kedua di Indonesia ini sebagai kota yang bersih, hijau, dan berinovasi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada Mongabay menuturkan, persoalan penataan kota akan sangat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Terutama, dalam hal pemanfaatan energi maupun pengelolaan lingkungan. Penambahan ruas jalan dengan rekayasa lalu lintas sedang dipersiapkan, sebagai dukungan atas program pembangunan moda transportasi massal.
“Saat ini sedang dipesiapkan pembangunan jalan baru di lingkar luar timur dan lingkar luar barat. Selain itu, ada juga jalan layang dan jalan bawah. Tujuannya untuk mengurangi kepadatan lalu lintas. Diperkirakan dalam dua tahun ke depan, Surabaya akan memiliki moda transportasi massal dan juga jalan baru yang saling menghubungkan berbagai kawasan di Surabaya,” ungkap Risma, baru-baru ini.
Penataan kota melalui pembangunan jalan baru ini diiringi dengan penyediaan fasilitas publik berupa taman kota. Sebagai ruang terbuka hijau dan tempat bertemunya masyarakat, taman-taman kota di Surabaya menjadi tempat favorit baru, baik untuk rekreasi maupun aktivitas sosial budaya.

Taman kota

Taman Bungkul, taman terbaik se-Asia 2013 yang menjadi tempat favorit masyarakat Surabaya berkumpul. Foto: Petrus Riski

Taman Bungkul merupakan ikon baru Surabaya. Taman seluas 900 meter persegi ini pada November 2013 mendapat penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu The 2013 Asian Townscape Award (ATA), sebagai taman terbaik se-Asia. Taman yang semula hanya hanya ruang terbuka hijau dengan komplek makam Sunan Bungkul di bagian belakang, kini menjelma indah dan tempat berkumpulnya elemen warga  berbagai usia.
“Taman aktif jumlahnya 70 lebih, sedangkan yang bukan taman aktif ratusan. Ini belum termasuk hutan kota yang kami buat di Balas Klumprik dan di bekas TPA Sukolilo,” jelas Risma.
Pembenahan sungai atau Kali Mas di Surabaya juga jadi perhatian Pemerintah Kota Surabaya. “Kita ingin pintu air di ujung Petekan, tetap terjaga ketinggian airnya sehingga tidak terpengaruh pasang surut air laut. Perlahan, akan kita tata,” ujar wali kota wanita pertama Surabaya ini.

Sampah untuk energi listrik

Pemanfaatan sampah sebagai energi listrik merupakan program baru pemerintah kota. Rumah Kompos Bratang, yang terletak di kawasan Taman Flora-Kebun Bibit merupakan proyek percontohannnya.
Sampah yang diolah, menghasilkan energi listrik sekitar 4.000 watt yang cukup sebagai  penerangan jalan umum dan lampu di Taman Flora. Butuh sekitar 70 kilogram ranting kering dan sampah plastik yang dibakar, untuk dapat menghasilkan energi listrik setiap harinya. “Sampah sebagai bahan bakarnya, sementara asap dan gas yang dihasilkan menggerakkan generator yang menghasilkan listrik,” kata Khalid Buchori, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya.

Menurut Khalid, partisipasi masyarakat secara efektif daapt mengurangi volume sampah per harinya sekitar 200-300 ton dari total 1.800 sampah yang dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. “TPA ini akan mengasilkan listrik sebesar 10 mega watt.”
Risma menambahkan, rencananya, akan ada dua rumah kompos lagi yang akan difungsikan sebagai penghasil energi listrik. Total, ada 23 rumah kompos yang dikelola DKP nantinya.

Energi alternatif


Ketua Pusat Studi Lingkungan Universitas Surabaya, Yunus Fransiscus, berpendapat sampah yang dihasilkan penduduk Surabaya harus dapat diubah menjadi produk bernilai. Kompos dan biogas merupakan produk yang saat ini banyak dibuat masyarakat.
Yunus mengatakan, pemanfaatan sampah sebagai energi listrik sangat mungkin dilakukan. “Tidak hanya sebagai biogas, tapi juga dijadikan refuse derived fuel (RDF) seperti arang yang hasil pembakarannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.”
Yunus pun mengusulkan agar semua rumah kompos atau tempat pembuangan sementara sampah memiliki mesin pengubah sampah menjadi listrik kapasitas kecil. Energi yang dihasilkan ini nantinya digunakan untuk membantu masyarakat miskin yang rumahnya belum dialiri listrik.




Sumber :



ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

Arsitekur memberikan kontribusi terbesar terhadap pemanasan global (global warming).Data ASEAN Center for Energy (ACE), 48% pemanasan glbal dihasilkan oleh bangunan.

Untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dalam bangunan, kondisi lingkungan internal (temperatur, kelembaban, tingkat iluminasi) dapat diatur tanpa ataupun dengan menggunakan peralatan teknologi mekanikal elektrikal yang menggunakan energi dari sumber yang tidak dapat diperbarui.


Bangunan berkelanjutan adalah bangunan yang menggunakan metode konstruksi yang berkelanjutan dan menggunakan material/bahan bangunan yang memprioritasnkan kualitas lingkungan, vitalitsa ekonomi dan keuntungan sosial melalui perancangan bangunan, operasional bangunan, perawatan dan dekonstruksi lingkungan pada lokasi dimana dilakuakn pembangunan (lingkungan binaan).


Seperti juga pembangunan berkelanjutan yang melihat konsep berkelanjutan dari 3 aspek utama yaitu kemajuan sosial, pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan ekologi, maka arsitektur berkelanjutan pun tidak dapat lepas dari aspek-aspek tersebut.
  
Efisiensi penggunaan energi
  • Memanfaatkan sinar matahari
  • Memanfaatkan penghawaan alami
  • Memanfaatkan air hujan
  • Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan
Efisiensi penggunaan lahan
  • Menggunakan lahan dengan efisien
  • Potensi hijau tumbuhan dalam lahan
  • menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan
  • Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman
  • Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal
Efisiensi penggunaan material
  • Memanfaatkan material sisa untuk digunakan dalam pembangunan
  • Memanfaatkan material bekas bangunan atau komponen lama yang masih bisa digunakan
  • Menggunakan material yang masih berlimpah
  • Penggunaan teknologi dan material terbarukan 
  • Memanfaatkan potensi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan ir
  • Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global
Manajemen limbah
  • Membuat sistem dekomposisi limbah organik
  • Membuat sistem pengolahan limbah domestik 
  • Penyumbang kerusakan lingkungan alam terbesar adalah sektor konstruksi yang secara Global mengonsumsi 50% sumber daya alam,40% energi dan 16% air. Konstruksi juga Menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yaitu45% (Akmal, 2007).
Kontribusi Bidang Konstruksi Terhadap Kerusakan Alam

  • Pengambilan material
  • Proses pengolahan material
  • Distribusi material jadi dari sumbernya kelokasi pembangunan
  • Proses konstruksi
  • Pengambilan lahan untuk bangunan
  • Konsumsi energi sejak saat dimulai bangunandipakai

Konstruksi Berkelanjutan, menurut UNEP(United Nations Environment Programme) adalah cara industri konstruksi untuk berkembang mencapai kualitas pembangunan berkelanjutan denganmemperhitungkan pelestarian lingkungan, sosial ekonomi, dan isu budaya. Secara spesifik hal ini melibatkan isu seperti desain, manajemen bangunan, material, kualitas operasional bangunan, konsumsi energi, dan sumber daya alam.

Konstruksi Berkelanjutan Dalam Konteks Arsitektur
  • Arsitektur bukanlah suatu entitas yang lepas dan mandiri. Keberadaannya harus menjadi kesatuan integral dengan sekitarnya, baik secara sosial, spasial maupun lingkungan
  • Berarsitektur dengan memperkuat nilai-nilai Kebersamaan
  • Berarsitektur dengan menghargai ekspresi/identitas budaya sebagai cerminan nilai-nilai transenden
  • Menggunakan bahan dan keterampilan local
  • Menghargai pepohonan sama dengan menghargai kehidupan
  • Adaptif terhadap iklim secara aktif dan kreatif
  • Menggunakan bahan bekas dan komponen lama
  • Menggunakan bahan daur ulang bekas limbah
  • Menggunakan bahan secermat mungkin tanpasisa, tanpa limbah
  • Menggunakan desain padat karya agar dapatmembuka lapangan pekerjaan dan mengurangipenggunaan bahan-bahan industri missal
  • Mendesain satu ruang dengan banyak fungsi(multifungsi)
  • Desain opan plan atau terbuka (tanpa sekat)
  • Membaca potensi masa depan: bambu menjadi pengganti kayu.

Tindakan-Tindakan yang Mendukung Konstruksi Berkelanjutan

  • Dari mana dan bagaimana produsen mengambilbahan dasar material
  • Transportasi bahan dasar material
  • Limbah produksi
  • Dapatkah sumber daya yang diambil diperbaharui
  • Perlakuan terhadap pekerja setempat
  • Transportasi dari sumber ke lahan konstruksi
  • Mengoptimalkan penggunaan material termasuk sisanya.
  • Re-use dan Re-cycle
  • Gunakan lahan sesedikit mungkin, secukup mungkin
Apabila di rangkum, penerapan arsiktektur berkelanjutan terbagi kepada tiga hal :

1. Energy Issues -> Efficiency, Renewable
    Energi sangat perlu diberi perhatian khusus oleh Arsitek, terutama energy listrik,karena listrik sangat berkaitan dengan bidang Arsitektur.Banyak bangunan di Indonesia yang masih harus menyalakan lampu ketikadigunakan pada siang hari. Tentu hal tersebut sangat aneh, mengingat Indonesiamemiliki sinar matahari yang berlimpah. Matahari selalu bersinar sepanjangtahun di langit Indonesia yang hanya mengenal dua musim tersebut.

Salah satu penyebab keanehan tersebut adalah desain yang kurangmemasukkan cahaya matahari ke dalam bangunan. Mungkin salah satu solusiyang bisa diberi adalah perbanyak bukaan pada fasad, perkecil tebal bangunan,atau buat atrium yang menggunakan skylight.

2. Water conservation -> reduce, recycle
Perlu adanya kesadaran bahwa kita haruslah menlakukan penghematan terhadap air bersih. Karena untuk saat ini, air bersih mulai mengalami kelangkaan. Bahkan di suatu tempat, untuk mendapatkan air bersih harus mengantri, kemudian membeli dan menggotongnya ke rumah. (tidak melaluipipa)Misalnya untuk hal-hal/kegiatan yang tidak begitu memerlukan air bersih, seperti menyiram kotoran setelah buang air besar. Padahal kita bisa memanfaatkan air hujan untuk hal tersebut, apalagi di Indonesia terdapat curah hujan yang cukup tinggi sehingga penghematan air bersih sangat feasible untuk dilakukan. 

Cara penghematan:
a. Gunakan air hujan tersebut (tampung) hingga tak ada lagi yang terbuangbegitu saja.

b. Bila ada sisa, resapkan air hujan ke dalam tanah. Selama ini, air hujan selalulangsung dialirkan ke selokan yang berakhir di laut. Hal ini tidak memberikankesempatan pada air hujan untuk meresap ke dalam tanah karena semuaselokan diberi perkerasan seluruh permukaannya.

c. Bila masih ada lebihnya, baru dialirkan ke dalam selokan-selokan kota.Selain menghemat air bersih, cara seperti ini bisa mengurangi tingkat banjir.Karena selokan-selokan tidak akan dipenuhi air

3. Material alam
Penggunaan material alam sangat direkomendasikan untuk dipakai karena akan lebih bersahabat kepada penggunanya. Di sinilah terungkapkan bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara material alam dengan material buatan manusia. Material alam yang merupakan karya Tuhan tidak meradiasikan panas dan tidak merefleksikan cahaya. Contoh: Daun pada pepohonan. Kita akan merasa sejuk berada di bawahnya. Berbeda dengan tenda ataupun material buatan manusia lainnya. Kita akan tetapmerasa panas dan tidak nyaman.
Aplikasinya dalam berarsitektur, misalnya penggunaan cobbale stone pada bak kontrol. Selain dapat menyerap air, cobbale stone ini bisa ditumbuhi rumput. Dan rumput itulah yang membawa ‘ruh’ pada bak kontrol. Sehingga space berubah menjadi place. Space adalah ruang yang belum punya makna. Place adalah space yang telah memiliki kehidupan di dalamnya. Intinya, seorang arsitek sebaiknya mendesain dengan menggunakan prinsip ekologi dan tidak melulu menggunakan hardscape.
Contoh Bangunan Berkelanjutan
Green School Bali



Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kitatemukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini. Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah,dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material alam dengan nilai lokal dan dapat di daur ulang. Ini merupakan bentukan penting sebagai konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut. CONNECTED WITH NATURE, itulah konsep utama dalam perancangan arsitektur dari Green School Bali ini.
Hasil gambar untuk green school bali
Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga menjadi tolak utama pemilihan lokasi atau lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun implementasi arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture pada Green School Bali ini adalah :
  • Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik.Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut danmampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran.
  • Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengansungai dan hutan.
  • Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuknyala kompor dan sebagainya.
  • Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan sumber energi elektrikal. Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energy alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar.


     Sumber:


https://www.scribd.com/doc/94759679/ARSITEKTUR-BERKELANJUTAN
https://aldissain.wordpress.com/2011/11/29/arsitektur-berkelanjutan-sustainability-architecture/