Minggu, 08 Januari 2017

ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya.
Konsep bangunan ramah lingkungan, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan suasana baru pada bangunan. Lebih murah dan tetap kuat.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
  • Tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
  • Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
  • Dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan)
  • Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi bbm untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan)
  • Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

GEDUNG PT DAHANA

Hasil gambar untuk pt dahana

Tanggal 20 Januari 2012, berlokasi di Subang Jawa Barat, GBC Indonesia menganugerahkan sertifikat resmi Green Building untuk yang pertama kalinya bagi sebuah bangunan baru. Gedung tersebut adalah gedung Energetic Material Centre, kantor manajemen pusat (Kampus) PT. Dahana (Persero).
PT. Dahana sendiri adalah perusahaan BUMN yang bergerak di Industri bahan peledak untuk keperluan pertambangan. Sesuai dengan komitmen perusahaan yang menuju ke industri peledak yang semakin aman dan semakin menuju ke arah yang lebih ramah lingkungan, PT. Dahana berinisiatif untuk membangun sebuah bangunan dengan konsep Green Building.

Komponen eko arsitektur yang diterapkan di Dahana antara lain:
  1. Konsumsi energi yang sangat rendah, yaitu 131 kWh/m2 per tahun.
  2. Sumber air menggunakan air sungai dengan pengolahan mandiri, air hujan, dan air kondensasi AC.
  3. Pada siang hari tidak menggunakan lampu, dengan fitur lux sensor dan ditambah sensor gerak untuk mendeteksi keberadaan manusia.
  4. Penggunaan dual flush yang menggunakan air daur ulang.
  5. Penggunaan keran air sistem tekan yang dapat menutup sendiri.
  6. Penyiraman tanaman dengan air daur ulang, dengan penyiraman sprinkler yang memiliki sensor kelembaban tanah agar pada saat hujan tidak perlu disiram.
  7. Fasiltas pedestrian yang teduh dari tanaman rambat hingga ke jalan utama
  8. Zero run off, dengan mengalirkan air hujan ke kolam ikan di sekeliling bangunan, sisanya mengalir ke lansekap.
  9. Sumber tanaman adalah tanaman hasil budidaya di sekitar proyek
  10. 60% dari luas area bangunan adalah area hijau (termasuk Green roof).
  11. Menggunakan AC dengan refrigeran HFC yang ramah ozon
  12. Penggunaan material ramah lingkungan, termasuk kayu yang bersertifikat legal, menggunakan prefab material.
  13. Dilarang merokok di seluruh area gedung, termasuk pengawasan lebih dari satpam gedung. 
  14. Ventilasi yang cukup, dengan sistem deteksi kadar CO2.
  15. Perencanaan manajemen perawatan untuk menjaga kualitas Green Building agar tetap berkelanjutan.
  16. Pemisahan sampah organik dan non-organik, diteruskan dengan pengomposan mandiri, kerjasama dengan pengepul setempat untuk sampah non-organik yang dapat didaur ulang, dan kerjasama dengan perusahaan pengolahan limbah B3.
  17. Kenyamanan adalah yang utama, dengan dilakukannya survey berkala kepada penghuni terkait kenyamanan gedung, serta sistem tindak lanjutnya.
  18. Adanya fasilitas parkir sepeda yang digunakan untuk transportasi pekerja dari rumah (mess) ke gedung, atau ke laboratorium lain.
  19. Gedung dibangun tahan gempa, sistem penanganan kebakaran yang ketat, dan memfasilitasi akses untuk penyandang cacat.
  20. 80% material bangunan berasal dari dalam negeri, ditambah dengan adanya sertifikat ISO 14001 pada pabrik material bangunan tersebut dari 32% seluruh material bangunan.



Sumber : 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar